Kurawalmedia.com, Jakarta– Media ternama internasional, The Strait Times melaporkan, brand internasional terkenal, Tupperware gulung tikar.
Tupperware, brand terkenal perlengkapan rumah tangga yang terbuat dari plastik bersiap mengajukan kebangkrutannya pada Minggu ini.
Dalam setahun belakangan ini, Tupperware berupaya menghidupkan kembali bisnisnya di tengah berkurangnya permintaan di seluruh dunia. Namun usaha tersebut kurang mendapatkan perhatian.
Tupperware yang telah beroperasi lebih dari dari satu abad dalam bidang penyimpanan makanan ini, berencana mendapatkan perlindungan pengadilan setelah perusahaan tersebut melanggar ketentuan pembayaran utangnya.
“Setelah berkoordinasi dengan penasihat hukum dan keuangan atas pelanggaran yang dilakukan, mereka bersiap melakukan pengajuan pailit,” ujar seorang sumber dilansir dari The Strait Times, Selasa (17/9/2024)
Persiapan kebangkrutan ini menyusul negosiasi berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya mengenai cara mengelola utang lebih dari US$700 juta.
Pemberi pinjaman setuju di 2024 untuk memberikan ruang bernapas atas persyaratan pinjaman yang dilanggar, tetapi kondisi perusahaan terus memburuk. Bahkan, saham perusahaan turun lebih dari 50 persen pada pukul 3:53 p.m. di New York.
Namun di tengah kabar tak sedap ini, rencana pengajuan kebangkrutan ini belum final. Bisa saja berubah. Seorang perwakilan untuk Tupperware menolak berkomentar.
Tupperware berdiri pada 1946 di Amerika Serikat oleh Earl Tupper. Merek ini terkenal karena meski pun berbahan dasar plastik tapi kedap udara dan makanan yang disimpan di dalamnya tahan lama.
Mereka ini terkenal di kalangan ibu rumah tangga di seluruh dunia, bahkan dalam perkembangan bisnisnya, ada lebih dari 300 ribu tim marketing independen yang memasarkan produk ini.
Juni lalu, mereka berencana menutup satu-satunya pabrik di AS dan melakukan PHK pada hampir 150 karyawan.
Sebelumnya, mereka juga mengganti CEO Miguel Fernandez dan beberapa anggota dewan sebagai bagian dari upaya mengubah bisnis, mengangkat Laurie Ann Goldman sebagai CEO baru.(*)
Editor : J.A. Rahim